Nyamuk
Aedes aegypti
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan
oleh virus dengue yang dibawa oleh vektor yaitu nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes aegypti
merupakan spesies
nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di bumi, biasanya antara garis
lintang 35°LU dan 35°LS, kira-kira berhubungan dengan musim dingin
isoterm 10°C. Distribusi Aedes aegypti juga
dibatasi oleh ketinggian. Aedes aegypti adalah salah satu vektor nyamuk yang paling
efisien untuk arbovirus, karena nyamuk ini sangat antropofilik dan hidup dekat
dengan manusia dan sering hidup di dalam rumah. Faktor penyulit pemusnahan
vektor adalah bahwa telur-telur Aedes aegypti dapat bertahan dalam waktu
lama terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan), kadang selama lebih
dari satu tahun (WHO, 1997 dalam Anonim, tanpa
tahun).
Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut: Klasifikasi
nyamuk Aedes aegypti menurut Boror
(1992) dalam Buku Pengenalan Pembelajaran Serangga Edisi Keenam adalah sebagai berikut.
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Anak
Kelas : Pterygota
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti (Boror, 1992).
Nyamuk Aedes aegypti dewasa
berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk
ini mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan,
kaki dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna
yaitu : Telur – Jentik – Kepompong – Nyamuk. Stadium telur, jentik dan
kepompong hidup di dalam air. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam
dengan ukuran + 0,80 mm. Pada
umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari setelah
telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, stadium pupa
(kepompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa
mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Nyamuk dewasa
inilah yang merupakan vektor atau pembawa virus dengue yang menyebabkan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pemberantasan
Jentik Nyamuk untuk Mencegah Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pemberantasan jentik nyamuk untuk
mencegah penyebaran penyakit demam berdarah di Indonesia umumnya dilakukan
dengan cara fogging atau pengasapan
insektisida dan penggunaan Abate atau abatisasi. Menurut Lawuyan (2012), Fogging atau pengasapan dengan
insektisida untuk membasmi nyamuk dewasa Aedes aegypti, sebagai pembawa virus
dengue penyebab penyakit DBD, dilakukan dengan menggunakan mesin fog (mesin pembuat kabut asap) yang
dapat dipasang pada pesawat terbang, kapal ataupun kendaraan bermotor lainnya,
dan terdapat pula jenis mesin fog
yang dapat dijinjing (thermal fog).
Di Indonesia, yang digunakan adalah mesin fog
yang diangkut dengan mobil (dikenal dengan mesin ULV) dan mesin fog yang dijinjing. Pengasapan
insektisida dengan mesin ULV dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida
ke lahan atau bangunan yang dilewati di sepanjang jalan yang dapat dilalui.
Dengan daya semprot fogging yang kuat, diharapkan nyamuk
yang berada di halaman maupun di dalam rumah terpapar dengan insektisida dan
dapat dibasmi ("knock down effect"). Untuk mencapai hasil yang
optimal, maka sepanjang jalan yang dilalui harus dipastikan tidak ada
penghalang antara mesin dan lahan atau bangunan yang akan dilakukan pengasapan
tersebut. Namun dalam praktiknya, pengasapan
insektisida telah mengalami kegagalan yang disebabkan oleh teknik pelaksanaan
dan kondisi lapangan yang tidak menunjang, seperti arah angin yang menghalangi
penyebaran asap, struktur pintu atau jendela yang menghalangi masuknya asap insektisida,
struktur bangunan yang terdiri dari banyak sekat sehingga menghalangi
menyebarnya aliran asap, mesin ULV yang tidak prima, operator yang tidak
terampil, bahkan sampai adanya anggapan bahwa nyamuk telah menjadi kebal
terhadap insektisida. Selain itu ada kemungkinan pula nyamuk akan bersembunyi
di kegelapan disertai dengan kemampuannya terbang horizontal dan vertikal serta
kemungkinan nyamuk tersebut terbawa oleh alat transportasi ke tempat lain.
Selain dengan fogging, pencegahan demam berdarah juga dapat dilakukan dengan
mencampurkan Abate dengan air di dalam bak mandi atau tempat-tempat penyimpanan
air. Abate merupakan merek dagang
dari Temefos suatu insektisida yang termasuk golongan Organophosfat
(OP). Suatu golongan insektisida yang dalam susunan kimianya
mengandung fosfor. Cara kerja OP dengan menghambat enzin
kolinesterase yang terdapat dalam sistem saraf. Enzim ini
menjadi terfosforilasi (keracunan fosfor) ketika terikat dengan OP
dan ikatannya bersifat tetap (reversible). Penghambatan ini menyebabkan
terkumpulnya asitelkolin pada sinaps (bagian sel saraf) dan
mengakibatkan kejang otot dan akhirnya menyebabkan kelumpuhan serta kematian
pada jentik maupun serangga dewasa. Selama ini pemerintah dalam hal ini
kementerian kesehatan masih menjadikan abate sebagai salah satu strategi
program pengendalian demam berdarah yang dikenal dengan program
Abatisasi.
Menurut Hasan (2012), Kementerian
Kesehatan sudah tidak menganjurkan lagi penggunaan abate untuk pengendalian
nyamuk aedes penyebab demam berdarah berkenaan dengan adanya himbauan
dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk menghentikan penggunaan abate
dalam jangka waktu panjang karena abate
dapat menjadi penyebab kanker
(karsinogenik). Menurut Helen Murphy FNP-MHS dari
Pacific Northwest Agriculture Safety & Health Center University of
Washington dalam Hasan (2012), insektisida Organophospat yang merupakan
bahan baku pembuat abate dapat menyebabkan kanker pada sejumlah bagian tubuh.
Seperti kanker otak, kanker paru, pankreas, leukimia, Kanker prostat, Kanker
ovarium dan Kanker Payudara. Juga menyebabkan anak lebih rentan tiga kali
menderita kanker dibandingkan orang dewasa. Selain kanker dapat juga menyebakan
keracunan pada sejumlah organ tubuh. Seperti sakit kepala, lelah dan tremor
merupakan gejala keracunan otak. Sedangkan sesak napas, batuk dan
nyeri pada dada merupakan gejala keracunan pada paru-paru. Sementara keracunan
pada saluran pencernaan ditandai dengan diare, muntah dan kram pada perut.
Referensi
Boror, D. J., Triplehorn, C. A., & Johnson, N. F. (1992). Pengenalan Pelajaran Serangga edisi ke-6. Terjemahan S. Partosoejono, M. Sc. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Lawuyan, Stefanus, Dr. 2012. Pembasmian Penyakit Demam Berdarah Dengue. (Online). http://puskesmaspalaran.tripod.com/stefdbd.pdf. Diakses tanggal 20 Agustus 2012.
Hasan, Muhammad. 2012. Akhir Era Abatisasi. (Online). http://makassar.tribunnews.com/mobile/index.php/2012/05/24/akhir-era-abatisasi. Diakses tanggal 20 Agustus 2012.
0 Komentar
Berkomentarlah yang bijak dan tidak menyebarkan link judi, sara dan hal yang melanggar hukum, terimakasih.